Tahun 20xx
Tangerang, Jalan Raya
Mobil Van Densus 88
22.00 WIB
Sebuah van besar berlogo Densus 88 berlari menembus hujan yang tak berhenti dari sore tadi. Hujan ini membuat jalan raya terasa sepi, hanya beberapa mobil saja yang ikut terus menerjang hujan sedangkan sepeda motor hampir tak terlihat. Didalam van beberapa prajurit duduk saling berhadapan, sedangkan Komandan duduk membelakangi dinding besi yang memisahkan mereka dengan pengemudi.
"Sebentar lagi kita akan melakukan penyerbuan ke dalam salah satu anggota jaringan teroris. Dialah yang menyediakan bahan peledak, senjata, dan teknologi. Dia juga yang mengajarkan beberapa anggota lain untuk membuat bom. Bisa dibilang dia adalah salah satu tokoh dibalik layar" kata Komandan.
"Jika saya boleh bertanya pak, siapa target kita?" tanya salah satu prajurit.
"Target kita bernama Professor Zaid Munthahar. Pria paling jenius pada masa Perang Dunia Ketiga. Karena itu, dia direkut oleh presiden saat itu sebagai kepala tim Riset. Dia juga yang membantu mendesain dan menciptakan peralatan perang TNI dimasanya." kata Komandan.
"Namun, dengan berhentinya Perang Dunia Ketiga setelah terjadinya Perjanjian Dunia, keberadaannya tidak diperlukan lagi oleh negara sehingga dia diberhentikan. Senjata-senjata ciptaannya pun ikut dihancurkan, sesuai dengan syarat Perjanjian Dunia." lanjutnya.
"Mungkinkah Professor Zaid Munthahar merasa dibuang sehingga dia ingin membalas dendam dengan cara membantu jaringan teroris di Indonesia?" tanya salah satu prajurit yang lain.
"Kemungkinan atas motif itu besar Hendra," kata Komandan kepada prajurit tersebut.
"Maka dari itu kita harus memutus rantai hitam ini dengan menangkapnya" lanjutnya.
Tiba-tiba van berhenti. "Sudah saatnya" pikir Komandan.
"Persiapkan diri kalian. Mungkin dia telah menyiapkan beberapa sistem keamanan dan orang-orang dengan persenjataan lengkap dalam laboratoriumnya." seru Komandan.
"Misi kita ini adalah menangkapnya hidup-hidup. Ingat HIDUP-HIDUP. Jika dia mati, semuanya tidak berguna. Kita harus menghancurkan jaringan teroris ini sampai keakar-akarnya, dan hanya Prof. Zaid yang tahu keberadaan mereka." lanjutnya.
Sambil mengkokang senjatanya, komandan berkata "Oh ya, satu hal lagi."
Seluruh pasukan menoleh dan siap mendengarkan.
"Saya tidak mau ada bangku yang kosong saat kita pulang nanti. Mengerti!" serunya.
"Siap, Pak!" seru seluruh prajurit.
Mereka langsung turun dari van dan bergerak memasuki bekas pabrik tekstil yang besar ini.
"Kalau kamu gak mungkin gak pulang malem ini kan Dra?" tanya salah satu prajurit pada Hendra.
"Tentu saja. Kalau aku gak pulang dari sini malam ini, adikku pasti marah besar karna gak nganter dia wisuda." kata Hendra.
Pasukan berhenti atas sinyal tangan Komandan. Mereka berhenti didepan pintu pabrik, siap mendobrak masuk. Komandan memberi sinyal formasi pendobrakkan. Dalam hitungan ketiga, seluruh pasukan dan Komandan menyerbu masuk.
--------
Tangerang, Bekas Pabrik Tekstil
Lab. Prof. Zaid
23.47
Seseorang memasukkan kode-kode yang rumit kedalam komputer yang sangat besar. Lengkap dengan 5 layar yang menampilkan kode-kode dan status yang terus berjalan. 3 buah silinder setinggi 2 meter berdiri dibelakang komputer tersebut menderu dengan kencangnya seakan-akan seluruh kode perintah dalam komputer tadi dimasukkan secepat-cepatnya kedalam tabung-tabung tersebut. Orang yang memasukkan kode-kode tersebut mengenakan jas lab putih, berkacamata tebal, umurnya saat itu sekitar 49 tahun, rambutnya agak botak ditengah khas seorang profesor yang selalu berpikir dan terus menciptakan imajinasinya menjadi kenyataan. Dialah Professor Zaid Munthahar.
Tangannya dengan cepat menekan tombol-tombol keyboard-nya secepat mungkin. Keringat bercucuran menjalar dari dahinya yang licin itu hingga membasahi kerah kemeja beserta jas lab putihnya itu. Matanya bergerak cepat mengikuti huruf dan angka yang terus ia ketik. Sekali-sekali dia menengok ke belakang punggungnya dimana pintu labnya berada. Terus begitu seakan-akan tidak pernah lelah.
Setengah jam yang lalu, sistemnya melaporkan adanya penyusup yang masuk kedalam pabriknya saat dia melakukan setting akhir temuannya ini. Saat melihat ke layar monitor, dia menyadari penyusup ini bukan orang-orang sembarangan. Dari perlengkapan yang mereka bawa dan teknik bertempurnya, bisa jadi mereka tentara atau polisi. Anak buahnya hanya akan menahan mereka sebentar, namun Prof. Zaid harus menyelesaikan temuannya ini. Itulah yang dia pikir -paling tidak- sebelum dia ditangkap atau dibunuh oleh mereka. Dan saat ini para penyusup itu sudah mendekati posisinya saat ini.
Beberapa menit kemudian, akhirnya pekerjaanya selesai. Hanya tinggal menunggu pengunggahan selesai. Prof. Zaid langsung mematikan layar komputernya, namun tidak mematikan komputernya. Dia hanya ingin langsung kabur dari ruangan itu. Barang-barang yang dia perlukan langsung dia masukkan ke dalam tasnya. Lalu dia langsung keluar dari Laboratoriumnya. Namun saat keluar, Hendra yang melakukan penyisiran melihat punggungnya.
"Diam ditempat Prof. Zaid!" seru Hendra.
Mendengar teriakan itu, membuat Prof. Zaid berlari sekencang-kencangnya. Hendra pun berlari mencoba menangkapnya. Seluruh pasukan yang mendengar teriakan Hendra ikut mengejar dibelakangnya. Salah satu prajurit tersebut berbicara melalui earphone di telinganya.
"Target ditemukan. Sekali lagi, target ditemukan. Target berlari menuju sektor A3. dia berbelok ke kiri menuju sektor A5."
"Seluruh pasukan, cepat hentikan dia!" seru Komandan ikut berlari menuju sektor A5.
Saat menuju sektor A5, Prof. Zaid melihat 2 prajurit didepannya. Salah satunya siap menembak. Dengan cepat, Prof. Zaid berbelok ke kanan. Terdengar sebuah peluru menyerempet tembok tempat dia berbelok tadi.
"Bodoh! Jangan menembak! Kita harus menangkapnya hidup-hidup." Jelas prajurit yang satunya sambil berlari lagi.
Mereka berpapasan dengan Hendra dan prajurit lainnya dan menunjuk arah Prof. Zaid tadi berlari. Komandan pun berpapasan dengan mereka dan berlari mengikuti mereka.
Beberapa menit pengejaran, kecepatan Prof. Zaid menurun. Jaraknya dengan penyerbu makin berkurang. Komandan segera mengeluarkan pistol dan menembak kaki Prof.Zaid.
"Arghhhh!" teriak Prof. Zaid.
Dia pun jatuh tersungkur dan segala barang-barangnya berceceran di lantai.
Segera setelah itu dia ditangkap dan digelandang menuju van.
"Kalian berlima tetap disini. Lakukan penyisiran jika perlu. Jangan sampai ada yang keluar hidup-hidup dari pabrik ini." seru Komandan sambil menunjuk 5 pasukannya, termasuk Hendra.
"Saya perlu mengawal van ini hingga perbatasan Tangerang. Nanti saya akan kembali kesini. Dan Hendra..."
"Siap Pak." seru Hendra.
"Kamu yang akan bertanggung jawab hingga saya kembali. Mengerti?" kata Komandan
"Siap, Pak! Laksanakan!" seru Hendra.
Mobil van itu pun pergi meninggalkan 5 orang prajurit itu. Mereka ber-5 kemudian melakukan penyisiran satu per satu ruangan di dalam pabrik tersebut hingga akhirnya mereka masuk ke dalam lab. Prof. Zaid.
Mereka memperluas penyisiran dalam ruangan besar tersebut. Salah satu prajurit melihat tabung-tabung besi yang besar dengan pintunya yang telah terbuka. Hendra melihat layar monitor mati, namun lampu power komputer masih menyala. Segera dia menyalakan kelima monitor tersebut. Salah satu layar menunjukkan 'Uploading Process Complete : 100 %'
Segera Hendra memanggil salah satu temannya,
"Lukman, bisa tolong aku sebentar"
Prajurit bernama Lukman tersebut mendekat dan melihat layar komputer menyala.
"Bisa kau cari, apa yang dia unggah dari komputer ini dan kemana itu diunggah?" tanya Hendra.
"Tentu." jawab Lukman. Segera dia duduk di depan komputer.
Sementara mereka melakukan itu, mereka tidak sadar kalau salah satu teman mereka diserang dalam diam. Lalu, seluruh pasukan yang melakukan penyisiran berkumpul didepan komputer.
"Tidak ada manusia disini selain kita." kata salah satu prajurit.
"Tidak ada yang aneh juga." kata yang lainnya.
Hendra pun menoleh kepada mereka dan terkejut.
"Mana Zaki?" tanyanya.
Ketiga temannya saling menoleh ke segala arah, mencoba mencari Zaki di sekeliling mereka.
"Zak!, Zak! Dimana loe? Jawab!" seru salah satunya. Namun hanya hening yang menjawab.
"Oke, kita berpencar. Cari Zaki di setiap sudut ruangan ini. Dan kau Lukman, tetap disini. Kalau kau menemukan sesuatu, panggil aku." kata Hendra.
"Oke." jawab Lukman.
Mereka pun mulai berpencar. Namun baru sebentar berjalan, salah satu prajurit diserang oleh sesuatu. Hendra dan prajurit lainnya menyadari temannya hilang, Hendra lalu memanggil namanya namun tidak dijawab.
"Aku merasakan hal yang aneh sedang terjadi disini. Aku merasakan kehadiran musuh, tapi tidak bisa melihatnya." pikir Hendra.
"Dra, aku berhasil..." teriak Lukman di depan komputer.
Hendra langsung menenggok Lukman. Namun, salah satu prajurit lainnya diserang.
"Arghhhh!!!!" teriaknya prajurit itu.
Hendra yang shock segera berbalik dan melihat temannya ditarik oleh sesuatu ke kegelapan.
"Arghhhh!!!" teriak Lukman. Hendra menoleh dan melihat Lukman ditarik ke atas.
Melihat kedua kejadian itu, mulai membuat Hendra takut. Dia benar-benar tidak dapat melakukan apa-apa saat kedua temannya diserang oleh sosok yang tak terlihat. Rasa cemas, amarah, dan ketakutan menghampiri hatinya.
"Aaaaaaa!!!!" teriak Hendra mulai menembak dengan brutalnya ke segala arah.
"Siapapun disana! Hadapi Aku!" teriak Hendra.
Namun teriakannya hanya sebentar. Karena dia menyadari sesuatu yang berat baru saja jatuh dibelakangnya. Hendra langsung memutar tubuh pelan-pelan dan dilihatnya sesosok hitam berdiri di belakangnya. Hendra langsung menembakan senjatanya bertubi-tubi kepada sosok tersebut, namun tak mempan. Butir-butir peluru hanya berjatuhan disekitarnya. Hendra mulai mundur, mencoba menarik pistol dari sakunya. Namun tiba-tiba petir menyambar dan dia sangat terkejut. Bukan oleh petir yang menyambar saat itu, tapi karena sosok hitam tadi terlihat jelas saat petir menyambar. Sosok itu bergerak dengan cepat mendekatinya saat itu. Bersamaan dengan hilangnya cahaya petir, Hendra dibawa ke langit-langit. Laboratorium itu kembali sepi.
--------
Tangerang, Bekas Pabrik Tekstil
Lab. Prof. Zaid
01.00
Komandan turun dari jeep-nya dan langsung masuk ke dalam pabrik. Ia memanggil prajurit-prajuritnya. Namun tidak ada jawaban.
"Ada yang aneh." pikir Komandan.
Segera dia menarik pistol, dan melakukan penelusuran disetiap ruangan hingga akhirnya tiba di laboratorium Prof. Zaid. Atapnya pecah sehingga hujan memasuki ruangan dan membasahi lantai laboratorium. Untuk mencegah terjadinya konsleting listrik, Komandan segera mematikan listrik diruangan tersebut. Kebetulan kontrol listrik untuk satu lantai berada didalam ruangan tersebut.
Komandan mulai berkeliling dalam ruangan yang gelap tersebut. Dengan menggunakan senter, dia berkeliling memanggil mereka semua. Namun tidak ada harapan.
Segera Komandan berjalan keluar. Pada saat itulah petir menyambar, Komandan terkejut dengan siluet yang tercetak di lantai saat petir menyambar tadi. Segera dia berputar dan memandang ke atas. Dan petir kembali menyambar, memperlihatkan 5 sosok manusia yang tergantung diatas langit-langit dengan menggunakan rantai yang besar. Darah menetes dari tangan dan sepatu mereka. Komandan lebih terkejut lagi karena melihat Hendra tertembus kail besi crane dilehernya.
"BRENGSEK!!" serunya.
Tiba-tiba handphonenya berbunyi. Salah satu prajuritnya menelpon.
"Ada Apa?" serunya dengan marah.
"Komandan, kami diserang!" seru prajurit tersebut.
"APA? Berapa jumlah penyerang nya?" seru Komandan.
"Ada 3, Komandan!" seru prajurit itu.
"Cuma 3? Kalau cuma 3, kenapa kalian sampai menelponku? Habisi saja mereka!" Seru Komandan.
"Senjata kami tak bisa menembus tubuh mereka Pak! Mereka robot Komandan! Sepertinya, mereka adalah ciptaan Professor Said." Kata prajurit itu.
"APA? Robot?" Tanya Komandan.
"Iya Pak!" Seru prajurit itu.
"Jika mereka yang membunuh Hendra dan yang lainnya disini..... BAHAYA!" Pikir Komandan.
"Aku perintahkan kalian mundur segera! Batalkan misinya!" Seru Komandan.
"Kemampuan mereka terlalu hebat pak! Sedangkan serangan kami tidak mempan kepada mereka. Sudah terlalu banyak yang tewas. Kami akan Mati Koman.... Argh!!! Krack!!! Tut..Tut..Tut.."
"Hallo! HALLO!" seru Komandan.
Komandan pelan-pelan menurunkan handphonenya dari telinganya. Seakan tidak percaya, mereka semua mati. Dengan muka geram dan rasa putus asa, dia berteriak.
"SIALAAAAANNNN!!!!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar